Tembok Besar China Dibangun Pertama Kali Pada Masa Dinasti
Jakarta, CNBC Indonesia - Tembok Besar China atau "The Great Wall of China" adalah salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia yang diklaim melintasi 16 provinsi, kota dan daerah otonom.
Melansir dari China Discovery, hasil catatan dan penyelidikan lapangan mengungkapkan bahwa Tembok Besar China tersebar di 16 provinsi, kota, dan daerah otonom, seperti Shandong, Henan, Hebei, Mongolia Dalam, Shanxi, Shaanxi, Gansu, Liaoning, Ningxia, Beijing, Tianjin, Xinjiang, Heilongjiang, Qinghai, Jilin dan Hubei.Di Negeri Tirai Bambu, Tembok Besar China terkenal dengan nama "Wanli Changcheng" yang memiliki arti "10.000-Leagues Long Wall". Adapun, "Cheng" memiliki arti tembok kota.Menurut laman resmi UNESCO, Tembok Besar China memiliki total panjang lebih dari 20 ribu kilometer. Tembok dimulai dari sisi timur di Shanhaiguan, provinsi Hebei dan berakhir di sisi barat, yakni Jiayuguan, provinsi Gansu.Sebenarnya, apa tujuan dibangunnya Tembok Besar China?Melansir dari History, pada awalnya Tembok Besar China dibangun dengan tujuan untuk melindungi wilayah China di perbatasan utara dari serangan. Sebab, area tempat dibangun Tembok Besar China merupakan lokasi perang dan pertempuran antara bangsa China dengan bangsa lain selama ratusan tahun.Menurut catatan sejarawan, pembangunan Tembok Besar China telah berlangsung sejak 770-476 SM pada periode musim semi dan gugur dan pada periode Warring States sekitar 475-221 SM. Pada saat itu, pembangunan bertujuan sebagai tembok benteng.Pembangunan Tembok Besar China secara resmi diperintahkan oleh kaisar pertama kesatuan Chna sekitar 220 SM, Kaisar Qin Shi Huang. Lalu, bagian paling rumit dan terkenal dari Tembok Besar China dibangun pada masa Dinasti Ming, yakni sekitar 1368-1644.Pada awalnya, sebagian besar dinding Tembok Besar China terbuat dari tanah dan kayu. Di beberapa titik, Tembok Besar China terbuat dari batu bata, granit yang digali, hingga balok marmer. Tembok tersebut terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknik bangunan.Pada masa Dinasti Ming, Tembok Besar China dilengkapi dengan menara pengawas dan bangunan tengah yang kini menjadi destinasi favorit para wisatawan.Menurut UNESCO, Tembok Besar China mencerminkan "benturan" dan pertukaran antara peradaban pertanian dan peradaban nomaden pada era China kuno. Selain itu, tembok raksasa ini juga memiliki makna sebagai simbol nasional untuk menjaga keamanan negara dan rakyat China.Tak hanya itu, UNESCO juga menyebut bahwa tembok ini memberikan bukti fisik dari pemikiran strategis politik China yang berpandangan jauh ke depan, kekuatan militer, serta pertahanan nasional yang perkasa dari kekaisaran pusat di China kuno.Tembok Besar China juga disebut merupakan contoh luar biasa dari segi arsitektur, teknologi, dan seni militer China kuno. Maka dari itu, tak heran jika warisan budaya dunia yang diakui leh UNESCO sejak 1987 ini menjadi salah satu destinasi utama para turis yang berlibur ke China.
Saksikan video di bawah ini:
Video: Warga RI Mau Good Looking, Industri Kosmetik RI Makin Glowing
Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, yang juga dikenal sebagai Saladin. Salahuddin lahir pada tahun 1137 di Tikrit, Irak. Pada awalnya, ia melayani dalam pasukan tentara Dinasti Zengid di Suriah di bawah pimpinan pamannya, Shirkuh.
Pada tahun 1169, Salahuddin berhasil merebut Mesir dari tangan Fatimiyah, dinasti yang berkuasa di sana. Setelah kematian pamannya, Salahuddin menjadi wazir (menteri) di bawah kekuasaan Khalifah Al-Adid di Mesir. Pada tahun 1171, ketika Khalifah Fatimiyah meninggal, Salahuddin menyatakan kesetiaannya kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, menandai berakhirnya kekuasaan Fatimiyah dan dimulainya pemerintahan Abbasiyah di Mesir.
Salahuddin kemudian menghadapi serangkaian konflik dan tantangan, terutama dari Kerajaan Latin di Tanah Suci, yang dipimpin oleh Raja Richard I dari Inggris dan Raja Philippe II dari Prancis selama Perang Salib Ketiga. Salahuddin memenangkan beberapa pertempuran penting, termasuk Pertempuran Hattin pada tahun 1187, yang membuka pintu Gerusalem untuk direbut kembali oleh Muslim.
Pada tahun 1187, Salahuddin berhasil merebut kembali Yerusalem setelah pertempuran di Hattin. Keberhasilan ini membuatnya terkenal di dunia Islam dan Barat. Salahuddin mendirikan Dinasti Ayyubiyah, yang kemudian menguasai wilayah-wilayah luas termasuk Mesir, Suriah, Hijaz, dan sebagian besar wilayah Levant.
Setelah kematiannya pada tahun 1193, dinasti tersebut tetap bertahan dengan beberapa perubahan kepemimpinan. Dinasti Ayyubiyah kemudian melemah dan mulai terpecah belah, seiring munculnya dinasti-dinasti baru dan invasi Mongol di wilayah tersebut pada abad ke-13. Meskipun Dinasti Ayyubiyah tidak bertahan lama setelah kematian Salahuddin, warisan dan pengaruhnya terus bertahan dalam sejarah Islam.